Jul 12, 2020

Budidaya spirulina di rumah



Membudidaya spirulina di rumah mungkin belum banyak yang melakukannya di negeri ini.  Mencobanya di kala pandemi ini menjadi satu kegiatan sampingan yang lumayan meningkatan keterampilan sekaligus jadi hiburan bagiku.




Berawal dari memfasilitasi teman2 peneliti, sekaligus penggiat pengembangan produk alga untuk konsumsi, manggung di Alun-Alun Indonesia dua tahun lalu.  Saya lalu penasaran untuk mempelajari lebih lanjut kemungkinan mengembangkan micro alga Spirulina ini.  Mungkinkah dikembangkan di skala rumah tangga?

Apalagi mitra kerjaku, Saumil pamer bahwa Sprulina ini bisa loh untuk melengkapi penganan yang biasa kita makan.  Tentunya penganan itu jadi lebih bermanfaat bagi tubuh karena nutrisi yang dikandung oleh spirulina yang dicampurkan dalam penganan.


Jadilah upaya mencoba ini kujalankan bareng mas Ganjar dan Syarif, dua rekan peneliti dan laboran di SBRC IPB.  Mereka berdua jadi narasumber dan pembimbing.  Saya biar bagian jadi murid dan petani-nya. 

Karena awalnya, sebelum pandemi berlangsung, masih sibuk jalan2 tugas maka coba-coba ini dijalani bareng beberapa mahasiswa UB yang sedang liburan di Bogor.  Anak teman ku Dimas, Indira "Kendi", ngajak dua temannya utk memulai ujicoba ini.  Hasilnya lumayan gagal :p
Mungkin karena belum melibatkan upaya sepenuh hati jadi dari tiga lokasi hanya dua toples yang menunjukkan "kehidupan" dan lainnya tidak berkembang.
"Yasud, nanti dicoba lagi" pikirku.

Sampai tiba masa pandemi yang betul-betul harus dirumah aja dan bisa nongkrongi botol-botol dan toples ini dengan lebih tekun.   Dua botol bibit kultur spirulina kucoba biakkan kembali dengan satu rekan di Bogor. Rasanya berjalan lambat tapi jadi ngeh apa yang sebenarya sedang berkembang dan apa yang perlu dilakukan untuk mensikapi up and down perkembangbiakan alga ini.



Dari dua botol berkembang jadi tiga toples dan terus-terus mencoba sampai gak terasa sudah setahun coba-coba ini berjalan.  Hasil budidaya ini juga sudah beberapa kali panen



Semoga di tahap-tahap berikutnya bisa berkembang hingga satu siklus yang utuh dari pembibitan, budidaya, pemanenan hingga konsumsi. 

    

Oct 6, 2018

Menikmati hidup

Melakukan perjalanan untuk bekerja seringkali menemukan berbagai tempat yang indah dan mengesankan.  Seringkali tak cukup waktu untuk berhenti sejenak untuk benar-benar menikmatinya.  Keindahan dan kesan tersebut terekam cepat dan seringkali muncul ke permukaan sesaat bak dejavu.
Dalam perjalanan kali ini kesempatan itu muncul kembali dan tak ingin aku melewatkannya.  Jalur Denpasar-Bali Barat melalui Munduk sudah ratusan kali kulalui dan tak pernah sekalipun berhenti untuk ngopi atau sekedar meluruskan badan setelah sekian menit mengemudi.  Kali ini aku datang dengan sengaja setelah mendengar sobat sekaligus partner berkarya yang keren, mas Jay Jagger, bilang mo ke desa Munduk ketemu sobatnya bli Kaweng.  Sudah cukup untukku menjadikannya alasan untuk ke desa ini tidak hanya untuk bertemu sobat namun secara serius mau menikmati hidup.  Menikmati keindahan desa di ketinggian yang banyak dikunjungi wisatawan Eropa karena keindahan pemandangan, kesegaran udara dan keramahan warga petani serta tentunya menghirup kopi Tamblingan yang telah lama dikenal sebagai kopi terbaik di Bali.
Pagi ini aku bangun dari kamar penginapan Don Biyu milik bli Kaweng disambut keindahan perbukitan Jatiluwih.  Terimakasih Tuhan untuk keindahan dan waktu yang kau berikan padaku hingga bisa menikmatinya.